1. http://www.bantenlink.com/Imam03.html

Dari            :     Abu Zaid Ali Ghufron bin Nurhasyim @ Mukhlas.

Kepada       :     Saudaraku Seiman yang dikasihi lagi dicintai.

“Semoga Allah menjagamu dan memeliharamu serta menjadikanmu termasuk dari hamba lelaki dan hamba perempuan-Nya yang terpilih”.

Assalamu’ alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh

Alhamdulillah, bagaimana keadaan antum? Mudah-mudahan antum senantiasa baik dan sehat walafiat. Adapun ana alhamdulillah senantiasa sehat walafiat, semakin hari semakin bertambah baik, kebaikan yang ana rasakan dapatkan dan rasakan tidak terhitung dan tidak terkira banyaknya dan jumlahnya, bermacam-macam rahmat dan nikmat yang batin maupun yang lahir dicurahkan Allah Azza Wa Jalla dan dilimpahkan-Nya kepada diri ana. Demi Allah! Kenikmatan dan kebahagiaan yang sedang ana rasakan dan nikmati ini tidak boleh ditukar dengan segala sesuatu yang ada di dunia ini. Ana katakan: seandainya perasaan raja dam penguasa dunia mengerti dan mengetahui kebahagiaan hati ana, niscaya mereka kerahkan segala kekuatan yang mereka miliki untuk merebutnya.

Saudaraku seiman yang ana kasihi.

Sebenarnya ana ingin sekali menceritakan segala kenikmatan dan kebahagiaan yang bertahta didalam dada ini, dan perasaan izzah (mulia & gagah) yang terpatri dalam lubuk sanubari ini, agar antum bisa ikut berkongsi merasakan lezatnya dan nikmatnya, tapi sayang ana tidak mampu mengibaratkan dengan lisan maupun tulisan, ana tidak menemukan kalimat dan kata-kata yang dapat mengungkapkan dan melahirkan perasaan izzah dan indah-indah yang bersemayam didalam hati sanubari ini.

Tapi dengan izin Allah Jalla Sya’nuhu dan semata-mata karena karunia-Nya alhamdulillah ana mendapatkan kata-kata yang indah lagi izzah dari seorang al-aimul allamah dan mujahid agung Islam Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (w.728H) yang beliau lantunkan dan senandungkan sewaktu beliau berada didalam penjara –Insya Allah- ucapan-ucapan beliau ini dapat mewakili sebagian daripada perasaan ini.

Berkata Ibnu Taimiyah ra: Apa yang diperbuat musuh-musuhku terhadapku? Aku, Surga didalam hatiku, dan tamanku didalam dadaku, kemana saja aku pergi, ia bersamaku, tidak pernah berpisah denganku, aku penjaraku adalah tempat ibadahku, dan dibunuhku adalah mati syahid, dan diusirku dari negeriku adalah siyahah (melancong).

Beliau berkata lagi: ..Adapun aku apa yang harus aku takuti? Kalau aku di bunuh, aku akan menjadi seutama-utamanya orang yang mati syahid, dan aku akan senantiasa dicecari rahmat dan ridha Allah hingga hari kiamat. Adapun orang-orang yang membunuhku akan dilaknat (dikutuk) di dunia selama-lamanya dan disiksa di akherat. Agar setiap orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya mengetahui bahwa sesungguhnya aku jika dibunuh adalah semata-mata karena agama Allah, dan jika aku dipenjara, maka bagiku penjara adalah merupakan sebesar-besarnya nikmat Allah terhadapku. Demi Allah! Aku tidak mampu mensyukuri nikmat Allah yang dicurahkan kepadaku didalam penjara ini. Dan aku tidak khawatir terhadap sesuatu seperti yang dikhawatirkan manusia, tidak khawatir terhadap sahamku, madrasahku, hartaku, dan tidak juga terhadap kedudukanku dan pangkatku. (Majmuatul fatawa Libri Taimiyah 3/138 atau 3/216).

Dan katanya lagi dalam suratnya yang dikirimkan kepada para sahabatnya dari dalam penjara Iskandar-Mesir. Yang maksudnya kurang lebih sebagai berikut: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah Engkau nyatakan (dengan bersyukur)” (Q.S. Ad-Duha:11). Dan yang perlu saya beritahukan kepada jama’ah –Semoga Allah berihsan kepada mereka di dunia dan di akherat, dan menyempurnakan nikmat-Nya yang lahir maupun yang batin. Maka sesungguhnya aku – dan Allah Yang Maha Agung Yang tiada tuhan selain Dia – didalam kenikmatan dari Allah yang belum pernah aku lihat seumur hidupku. Sungguh Allah Ta’ala telah membuka pintu-pintu karunia-Nya, nikmat-Nya, gudang-gudang perbendaharaan-Nya dan rahmat-Nya, yang tidak pernah terlintas dalam benak dan fikiran, dan tidak pula pernah terbayangkan sama sekali sebelumnya, khayalan tidak dapat menjangkaunya, akan tetapi ternyata –karena Allah Ta’ala memudahnkannya- kini menjadi pendamping setia setiap saat, hal ini sebagiannya dapat dicicipi dengan alat perasa bagi orang yang punya bagian dari marifat kepada Allah, mentauhidkan-Nya dan benar-benar beriman kepada-Nya, serta sesuatu yang direbut orang-orang yang terdahulu dan terkemudian dari Ilmu dan Iman. Dan seterusnya (Majmuatul fatawa libri Taimiyah 28/21 atau 28/31). Dan masih banyak lagi ucapan-ucapan beliau dan tulisan-tulisannya yang mengkisahkan fadhilahnya sewaktu dipenjara, silahkan rujuk kepada kitab Majmu Fatawa beliau.

Dan Al-Iman Al-Hafidz Ibnu Katsir ra (w.774H) menceritakan panjang lebar kisah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sewaktu dipenjara didalam kitabnya “Al-Bidayah wan Nihayah” juz 2 ke 14, termasuk menceritakan isi surat beliau yang dikirimkan kepada wakil Sulthan, yang diantara isinya mengkisahkan keadaan diri beliau di dalam penjara, antara lain tentang tawajjuhnya dan taqarrubnya kepada Allah Azza wa Jalla, dan beliau enggan menerima sebarang pemberian dari Sulthan baik nafkah, pakaian maupun yang lain, karena tidak mau ternodai dengan semua itu. (Al-Bidayah wan Nihayah 14/47). Dan beliau ra juga mencaritakan bahwa selama Syaikhul Islam bnu Taimiyah berada dipenjara benteng Damaskus, beliau khatam Al-Qur’an sebanyak 80 kali, kemudian berjalan yang ke 81 kalinya sampai pada ayat terakhir dari surat Al-Qamar (54): 54,55 yang artinya : Sungguh orang yang bertaqwa berada di taman-taman dan sungai-sungai di tempat yang disenangi disisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Beliau meninggal dunia. (Ibid hal.150-151).

Saudaraku Seiman yang ana cintai.

Itulah sebagian perasaan Izzah dan Indah dalam hal ini yang dapat ana lahirkan dengan ungkapan, yang tersimpan dalam lubuk hati masih banyak lagi, dan alhamdulillah apa yang dialami dan dirasai Syaikhul Islam yang sebagiannya telah ana sebutkan diatas, ana juga mengalami dan merasakan seperti itu meskipun kadarnya mungkin berbeda, misalnya nilai yang beliau alami dan rasakan 100, mungkin ana lebih kurang 10 –wallahu’alam– padahal ucapan-ucapan beliau itu- selain yang pertama- baru ana ketahui pada bulan Ramadhan 1428H yang lalu, sebab kitab “Majmu’atul Fatawa libri Taimiyah baru ana terima akhir bulan Sya’ban, dan alhamdulillah selama bulan Ramadhan & Syawal ana dapat membacanya 15 Juz (1-14 dan juz 28, ditambah Ash-Sharimul Maslul ‘ala Syatiwir Rasul). Sedangkan  perasaan tersebut sudah ada dan ana alami sejak masih berada di sel Polda – Bali. Alhamdulillah dengan nikmat yang besar ini dan demikian juga yang dialami oleh adik kandung ana Akhi Amrozi, begitu juga akhi Imam Samudera.

Maka tidak mengherankan apabila antum sempat melihat gambar (foto) kami yang ditayangkan di tv, atau media massa yang lain khususnya gambar atau foto yang kahir-akhir, antum mendapati kami senantiasa dalam keadaan tegar dan senyum, seolah-olah tidak ada apa-apa yang terjadi, padahal kami sedang dihadapkan kepada rencana eksekusi yang kalau dilihat dari gertakannya dan suasana yang direka oleh pihak-pihak tertentu termasuk wartawan, seolah-olah eksekusi itu tinggal menunggu seminggu lagi. Ini merupakan ujian yang maha dahsyat dan luar biasa beratnya bagi manusia biasa. Namun alhamdulillah dengan cucuran dan limpahan rahmat-Nya, ‘Inayah-Nya, belas kasih-Nya, ta’yidi-Nya dan pertolongan-nya, kami diringankan Allah Jalla Sya’nuhu dengan seringan-ringannya dalam memikul beban yang maha berat tersebut, sehingga terasa ringan sekali dalam menghadapinya seperti hendak pergi shalat berjama’ah di masjid saja. Padahal dulu sebelum ana mencicipi penjara, mendengar ada saudara kita yang di vonis dengan hukum penjara dua tahun saja rasanya sudah ngeri, tapi alhamdulillah kini diputus hukum mati tak ada perasaan ngeri sama sekali bahkan dengannya seribu satu hikmah yang didapatkan.

Semoga nikmat-nikmat yang besar-besar ini senantiasa berkekalan dan menyertai kami sampai akhir hayat, dan dapat kiranya dirasakan juga oleh seluruh saudara seiman kita dimanapun mereka berada, meskipun dalam suasana dan media yang berbeda. Amin.

Saudaraku Seiman yang dikasihi.

Semuanya itu menurut ana, dengan berbagai mubasysyirat yakni mimpi-mimpi kami yang Indah-Indah (baca tulisan ana yang bertajuk “Mimpi Yang Benar & Yang Baik” dan kedua saudara kita akhi Imam Samudera dan Akhi Amrozi juga membukukan mimpi-mimpinya tapi belum disebarkan), dan ditambah lagi dengan simpatinya hampir seluruh kaum muslimin di dunia kepada kami dan ditambah lagi dengan berbagai berkah yang dirasakan umat manusia dengan adanya kasus kami. Maka semua ini sebagai tanda bahwasanya kami dalam keadaan baik, dan dibawah ridha Allah Ta’ala, meskipun orang-orang zindik dan kaum munafiqin serta sebagian orang yang mengaku salafy yakni salafy Luqmany (salafy binaan ust. Luqman bin Muhammad Ba’abduh) dan sejenisnya. Tidak menyukainya dan menyetujuinya, bahkan mereka melabel kami sebagai ahlul bid’ah, ahludh dhalal dan khawarij.

Sekarang perlu pembuktian siapa sebenarnya yang akhlulhaq dan siapa pula yang ahlul bid’ah? Kami ataukah Ustd. Luqman Ba’abduh dan kelompoknya? Pembuktian sebenarnya bisa dilakukan dengan berdialog dan adu hujjah secara terbuka –Insya Allah– dengan cara ini akan terbongkar dan menjadi jelas siapa yang ahlul bid’ah, atau minimal diketahui amalan-amalan dan paham-paham bid’ah yang menyelisihi Sunnah yang terdapat dalam kedua kelompok ini- jika memang ada. Tapi pembuktian dengan cara ini tidak mungkin dapat diwujudkan, sebab Ustd. Luqman Ba’abduh dan sejenisnya punya prinsip bahwa berdialog dengan orang atau kelompok yang mereka vonis sebagai ahlul bid’ah dilarang dalam agama, karena mereka menggunakan qaidah umum (dilarang bergaul dengan ahlul bid’ah).

Ana tidak mengerti prinsip yang nyeleneh ini diwarisi dari mana asalnya, apalagi terhadap manusia yang baru dianggap sebagai ahlul bid’ah dengan cara yang sembrono dan serampangan, yang sudah jelas-jelas ahlul bid’ah saja hatta ahlul bid’ah yang bukan dari kalangan ahlus sunnah waljama’ah –apalagi ahlul bid’ah yang dari kalangan ahlus sunnah waljama’ah (contoh pertama Syi’ah dan contoh kedua ‘asyairah), ulama salaf kita senantiasa siap berhujjah dengan mereka bahkan mencabar dan menantang berhujjah dengan mereka untuk membatalkan prinsip dan paham mereka yang batil. Contoh-contohnya banyak sekali kalau mereka mau menyadari buka saja Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, akan mereka temukan disana berpuluh-puluh dari hasil dialog & berhujjah secara terbuka atau murasalah. Ini salah satu contoh akhlak terpuji Imam-Imam Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam memvonis apakah suatu kelompok termasuk ahlul bid’ah atau tidak? Imam-Imam Ahlus Sunnah tidak pengecut seperti kecutnya Ustd. Luqman Ba’abduh, dia melempar lalu sembunyi tangan, dengan mengeluarkan tulisan-tulisan seperti buku “Mereka adalah Teroris”, dan makalah-makalah dalam Majalah Syari’ah dan sejenisnya yang isinya diamini dan disetujui oleh penguasa bahkan membela mereka, kemudian sesudah tersebar luas apa yang dikehendakinya termasuk menyesat-nyesatkan kelompok tertentu dan memvonisnya sebagai ahlus bid’ah, tapi bila kelompok tersebut ingin membela diri dengan mengadakan dialog dan adu hujjah secara terbuka tidak bersedia datang dan sembunyi, beginilah perangai mereka.

Maka karena prinsip dan perangai Ust. Luqman Ba’abduh dan sejenisnya seperti itu, tidak mungkin cara ini bisa ditempuh, maknanya tidak mungkin Ustadz Luqman Ba’abduh atau Ust. Sewed atau Ust. Ja’far Thalib dan sebagainya bersedia berhujjah secara terbuka dengan kami kalaupun ada fasilitasnya.

Oleh karena itu menurut ana satu-satunya jalan bagi umat untuk mengetahui siapa yang ahlul bid’ah adalah dengan menunggu jenazah kedua belah pihak bilamana mati dan diusung. Al-Iman Ahmad bin Hambali ra berkata: Katakanlah kepada ahli bid’ah, “antara kami dan antara kalian adalah jenazah-jenazah sewaktu lewat” (Diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni dari Abu Sahe bin ziyad dari Abdullah bin Imam Ahmad). (lihat Al-Bidayah wan Nihayah 10/369).

Diantara maksud ucapan pemimpin Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Al Imam Ahmad bin Hambali tersebut, bahwasanya sedikit dan banyaknya penghantar jenazah dari kaum mukminin dan muslimin terhadap jenazah seseorang khususnya yang sedang berselisih atau diperselisihkan ummat apakah dia itu dari ahlus sunnah atau ahlul bid’ah adalah salah satu cara untuk menentukannya.

Dan ucapan Imam Ahmad tersebut sungguh telah dibenarkan Allah Ta’ala yang mana ketika beliau wafat jenazahnya dihadiri dan dishalati oleh jutaan manusia. Satu juta hingga dua juta lima ratus ribu. Sedangkan lawan Imam Ahmad yakni Qodhi Ibnu Abi Daud sebagai hakim agungnya pemerintah saat itu, yang mempunyai I’tiqad batil bahwa Al-Quran adalah mahluk, sedangkan menurut Imam Ahmad yang benar bahwa Al-Quran adalah kalamullah bukan mahluk dan pada saat itu pemerintah memihak dan mengikuti paham sesatnya Ibnu Abi Daud karena dianggapnya paham ini yang benar- maka gara-gara dia inilah Imam Ahmad ditangkap, dirantai dan diborgol serta dijebloskan ke dalam penjara dan dicambuk puluhan kali dan setiap kali cambukan disertai dengan maki-makian, Imam Ahmad dipanggil sebagai musuh Allah dan disuruh bertaubat. Ini juga termasuk hal yang meyakinkan khalifah Mu’tashim bahwa yang benar itu Ibnu Abi Daud bukan Imam Ahmad. Artinya I’tiqod bahwa Al-Quran adalah mahluk itu yang benar, sedang yang meyakini kalamullah adalah salah alias ahlul bid’ah atau aludh dhalal bahkan selalu disebutnya sebagai ahlusy syirk karena menganggap ada sesuatu yang bukan mahluk selam.

Keadaan khalifah Mu’tashim seperti ini disebut dalam syara’ sebagai orang yang salah takwil, maka meskipun khalifah telah melakukan kekufuran yang besar yaitu menganggap Al-Quran adalah mahluk, Imam Ahmad tidak mengkafirkannya dan tidak juga keluar dari taat kepadanya dan tidak memberontaknya atau berusaha menggulingkannya, sebab pada diri khlaifah ada penghalang jatuhnya pengkafiran terhadapnya karena salah takwil. Jadi khalifah tersebut keinginannya membela agama tapi salah dan kekeliruan ternyata yang dibelanya bukan dari agama Allah.

Inilah contoh penghalang takfir (pengkafiran) karena salah takwil, tapi sekarang banyak manusia khasnya yang mengaku salafy manipulasi dalam hal ini, katanya penguasa sekarang juga salah takwil meskipun melakukan berbagai kekufuran tidak kafir. Padahal kalau mau menggunakan sedikit saja akal sehatnya tidak mungkin berkesimpulan seperti itu, sebab yang khalifah tadi bermaksud membela Islam sedang ini enggan dan tidak mau Islam bahkan dengan terang-terangan menolak syareat Islam bahkan lebih dahsyat mencela sesuatu dari Islam yang berarti mencela Allah dan Rasul-Nya. Maka ambilah pelajaran!

Kembali cerita tentang Qodhi Ibnu Abi Daud, ketika dia mati ternyata yang mengiring jenazahnya hanya segelintir manusia, itupun kebanyakannya para pembantu Sulthan (lihat Al-Bidayah wan Nihayah 10/367-369 dan 14/150). Disini Alah Ta’ala tunjukkan kepada manusia bahwasanya yang ahlul haq adalah Imam Ahmad dengan dihadirinya dan dishalatinya jenazah beliau oleh jutaan kaum muslimin, sebaliknya Ibnu Abi Daud karena jenazahnya hanya dihadiri oleh segelintir manusia itupun pihak yang menyokong penguasa bahkan mayoritas dari segelintir itu para pembantu Sulthan maka berarti dia adalah ahlul bid’ah.

Dan ucapan Al-Imam Ahmad bin Hambali tersebut dibenarkan dan disetujui oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu fatawa beliau- afwan sewaktu ana menulis risalah ini, terlupa tempatnya, tapi ana telah membacanya, dan tidak sempat mencarinya- dan Allah Ta’ala juga membenarkan Ibnu Taimiyah dalam hal ini sebagaimana telah membenarkan pada diri Imam Ahmad. Dan kasus kedua Imam yang agung ini hampir sama, sedikit saja berbeda. Keduanya diuji dengan qodhi-qodhi penguasa yang mengikuti paham bid’ah dalam hal tertentu yang berhubungan dengan I’tiqod, kalau Imam Ahmad dalam masalah kholgil Qur’an sedang Syaikhul Islam dalam masalah Asma dan Sifat Allah Ta’ala termasuk masalah Istiwa’ (bersemayam) diatas Arsy’.

Maka beliaupun akhirnya masuk penjara gara-gara ulah para qadhi dan sebagainya, hingga beliau meninggal dipenjara sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya. Walaupun beliau mati didalam penjara penguasa, tapi jenazah beliau dihadiri dan dishalati hampir seluruh umat manusia, jutaan kaum mukminin dan mislimin yang hadir, kata Imam Ibnu Katsir ra yang tidak hadir hanya tiga orang saja, Ibnu jumlah, Ash-Shadr dan Al-Qafjari, mereka tidak datang karena takut keselamatan diri mereka, sebab mereka dikenal masyarakat umum orang yang paling memusuhi Syaikhul Islam, maka mereka bersembunyi karena khawatir diamuk masa (Ibid 14/152).

Nah sekarang kasus antara kami dan Ust. Luqman Ba’abduh, Ust. Ja’far Thalib dan sejenisnya hampir serupa dengan kasus kedua Imam yangung tersebut, bedanya pemerintah pada zaman kedua Iman itu adalah pemerintahan Islam yang berhukum dengan syare’at Allah, tapi mengikuti paham Ahlul Bid’ah dalam beberapa hal. Sedang yang sekarang ini berhukum dengan syare’at thogut, dan hampir dalam setiap masalah mengikuti orang-orang kafir barat.

Kami (Ali Ghufron @Mukhlas, Imam Samudera & Amrozi) dan mereka (Ust. Luqman Ba’abduh, Ust. Ja’far Thalib, dsb) sama-sama dikenali oleh kaum muslimin khususnya kaum mukminin dan yang terpelajar, mereka benar-benar mengetahui bahwa ustadz-ustadz tersebut senantiasa mengolok-olok kami dan menjuluki dengan julukan-julukan yang tidak sepatutnya, seperti ahlul jahl, ahludh dhalal, ahlul bid’ah, khowarij dan sebagainya., sebaliknya mereka memberikan gelar kepada penguasa yang tidak sepatutnya seperti amirul mukminin, shuthanullah fil ardhi, dan sebagainya.

Maka saksikanlah nanti bila kami dan mereka mati, jika ternyata jenazah kami lebih banyak dihadiri dan disholati kaum mukminin dan muslimin (menurut Al-Iman An-Nawawi pendapat yang rajih (paling kuat) bahwa tawanan muslim yang dibunuh masih tetap dishalati-kitabull majmu’ Syahrul Muhadzdzab lisy syiro’zi –oleh An-Nawawi 5/222). Sedang jenazah mereka hanya dihadiri oleh segelintir manusia itupun kebanyakannya pro dengan penguasa, maka berarti kami yang ahlul haq dan mereka yang ahlul bid’ah dan begitu juga sebaliknya.

Dengan cara ini –Insya Allah– masalah yang mereka perselisihkan dengan kami akan menjadi jelas mana yang pendapatnya benar mana pula yag batil. Masalah yang kami perselisihkan dengan kami akan menjadi jelas mana yang pendapatnya benar mana pula yang batil. Masalah yang kami perselisihkan sebenarnya tidak terlalu banyak, bisa disimpulkan dalam tiga hal saja yaitu: 1. Jihad, 2. Siyasah Syariyyah, 3. Sebagian dari masalah Iman.

Kemudian mereka dalam menyikapi perselisihan ini kami nilai seperti Ifrath (berlebih-lebihan), karena dengannya secara sembrono dan serampangan kami di vonis dan di label sebagai ahlul bid’ah dan khiwarij bahkan termasuk yang ditahyin (ditentukan) sebagai anjing-anjing neraka, dan yang lebih super lagi disenaraikan sebagai musuh utama mereka yang kapan saja boleh diserang dan diperangi yang penting ada perintah dari ulil amri. Tapi sebaliknya untuk perang melawan orang-orang kafir termasuk kafir harbi, sekarang ini belum sampai marhalahnya sebab kaum muslimin lemah katanya, namun nyelenehnya dalam masa yang sama pemerintahan-pemerintahan di negara-negara kaum muslimin yang memiliki beratus-ratus ribu pasukan dengan segala persenjataan yang canggih itu dianggapnya sebagai pemerintahan Islam dan daulah Islam, jadi sebenarnya yang lemah itu salafy Luqmany dan sejenisnya ataukah kaum muslimin keseluruhannya?

Walaupun mereka menganggap kami sebagai musuh utama mereka, tetapi alhamdulillah kami tetap menganggap mereka sebagai saudara seiman dan seislam, meskipun kami megetahui dengan yakin ada beberapa bid’ah pada mereka termasuk amalan yang kufur, misalnya berwala’ kepada thoghut, kami nilai mereka salah dan keliru dalam hal ini karena salah takwil, sebab dari segi lahirnya mereka betul-betul Salafy – nama ini juga yang memperdayakan mereka sehingga pendapat mereka sendiripun dirasakan sebagai pendapat salaf.

Kami tidak mengaggap mereka musuh bahkan kami doakan mereka sebagaimana Al-Imam Ahmad berdoa: “Ya Allah! Barangsiapa dari umat ini yang berdoa diatas selain kebenaran sedang dia menyangka bahwasanya dia diatas kebenaran, maka kembalikanlah dia kepada kebenaran agar dia menjadi Ahlul haq,” (Al Bidayah wan Nihayah 10/356).

Saudaraku Seiman yang Dikasihi.

Demikianlah yang perlu ana sampaikan sementara ini, ana sampaikan agar antum lebih mengetahui lagi tentang keadaan kami, dan dengannya dapat menambah kesyukuran dan kegembiraan antum –Insya Allah-. Dan doakan agar kami senantiasa sabar dan istiqomah diatas yang haq dan sampaikan salam kami kepada semua kaum muslimin yang mungkin.

Akhirnya ana ucapkan …

“…Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup, Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakkal dan kepadaNya (pula) aku kembali.” (QS. Hud(11): 88).

Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung” (QS. Ali Imran (3): 173). “Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong” (QS. Al-Anfal(8): 40).

Wassalamu ‘alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh

(Saudaramu yang fakir kepada rahmat Allah dan Mengharap Maaf dan Ampunan-Nya)

(Ali Ghufron bin Nurhasyim @Mukhlas)

Bumi Allah, Lapas Batu Nusa Kambangan 10/11/1428H/19/11/2007M.

2.http://www.bantenlink.com/Imam04.html

SURAT WASIAT

Dari      :           Ali Ghufron bin Nurhasyim @ Mukhlas @Huda

Buat     :           Istriku Faridah binti Abbas & Anak-anaku

(Asmaa’, Zaid, Balqis, Hannah, Khubaib dan Usamah Ali Ghufron).

Semoga Allah Memelihara Kalian.

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Wahai Istriku dan Anak-anaku yang aku cintai, kasihi dan sayangi. Aku wasiatkan kepada kalian sebagai berikut:

  1. Pegang teguhlah seluruh wasiat Allah Ta’ala dan Rasul-Nya yang tertera dalam Al-Quran dan As-Sunnah.

  2. Pegang teguhlah Islam yang benar yang datang dari Allah dan Rasul-Nya sebagaimana Islam yang dipegang oleh generasi terbaik dari umat ini (Sahabat, Tabi’in & Tabiit tabi’in) dan pertahankan sampai mati walaupun tubuh kalian dipotong-potong.

  3. Pegang teguh Al-Qur’an dan As-Sunnah dan ikuti keduanya sesuai dengan pemahaman ulama Salaf.

  4. Aku wasiatkan kepada kalian Sholat & Jihad, karena keduanya adalah termasuk urusan yang terpenting didalam agama ini, maka hadir Rasulullah yang paling banyak dalam perkara sholat dan jihad (Majmu’atul Fatawa Libri Taimiyah 28/146 dan 28/261). Dan dengan kedua urusan-urusan yang lain mengikutinya. Dan waspadalah! Bahwasanya pada masa kini banyak dari golongan manusia yang alergi dan anti jihad, mereka antara lain ialah kaum kafir, kaum zindik dan munafiqin dan sebagian dari kaum yang mengaku “Salafy” dengan seribu satu alasan yang bid’ah dan batil yang direka-reka.

  5. Bersamalah kalian dengan kafilah shadiqin (orang-orang yang imannya benar) dan jauhilah kafilah Kadzibin (orang-orang yang imannya dusta).

  6. Jauhilah dari 12 perkara yang diharamkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya: (1) al-Kufr (Kekufuran), (2) asy-Syirk (Syirik), (3) an-Nifaq (kemunafikan), (4) al-Fusuq (Kefasikan), (5) al-Itsra (dosa), (6) al-Ishyan (Maksiat), (7) al-‘Udwan (pelanggaran), (8) al-Baghy (Kezaliman), (9) al-Fahsya’ (perbuatan keji), (10) al-Munkar (kemungkaran), (11) al-Qoulu ‘alallahi bighairi Ilmin (Berkata keatas Allah dengan tanpa ilmu), (12) Ittiba’u ghairi Sabili mukminin (Mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman).

  7. Teladanilah Ulama Salaf dalam bermuamalah (bergaul) dengan manusia, jangan bersikap ifrath (berlebih-lebihan atau melampaui batas) dan jangan pula bersikap tafrith (mengurang-ngurangkan atau mencuaikan) termasuk dalam menyikapi ahlul bid’ah dari kalangan Ahlus Sunnah Wal jama’ah.

  8. Selama pemerintah mengikuti agama atau jalan hidup atau sistem demokrasi sekular dan tidak mengikuti Islam dan Syare’atnya, maka janganlah kalian melibatkan diri secara langsung di dalam badan-badan ini, (1) Badan Eksekutif (badan yang menjalankan undang-undang), (2) Badan Legislatif (badan yang membuat undang-undang), (3) Badan Yudikatif (badan yang mengadili pelanggaran undang-undang), (4) Badan-badan yang melindungi, menjaga dan membela undang-undang anatar lain kepolisian dan ketentaraan. Adapun badan-badan lain yang bersifat kegiatan-kegiatan sosial dan kebajikan dan lain sebagainya, yang bermanfaat bagi izzul Islam wal Muslimin dan secara ain wujudnya tidak haram atau syubhat, serta bermanfaat bagi dunia dan akherat kalian maka tidak mengapa kalian melibatkan diri dan berkiprah disana disertai dengan penuh waspada dan mawas diri dari segala penipuan dan tipu daya syaithan.

  9. Terhadap kitab-kitab, buku-buku, ceramah-ceramah dan sebagainya yang membahas dan memperbincangkan masalah teroris, maka berwaspadalah, jangan ditelan begitu saja, ukurlah semua dengan neraca kebenaran dan kembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, misalnya kitab yang bertajuk “Mereka adalah teroris” oleh: Al-Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh, kitab ini disamping penulisnya modal ilmu dan informasinya terbatas dan kurang. Tanpa bermaksud membela satu dua kesalahan yang terdapat dalam kitab “Aku Melawan Teroris” Oleh saudaraku Imam Samudera. Penulis ketika menulis kitab tersebut kehilangan dua modal penting dari dirinya yaitu: (1) Akhlak yang terpuji (karena penulis dalam keadaan emosi, melepaskan dendamnya yang telah ditahan bertahun-tahun (marahnya bukan sekedar karena bom atau buku “Aku Melawan Teroris”), dia seorang pelaknat, pencela dan pemaki, sombong serta sembrono, dan lain sebagainya). (2) Memahami masalah dan tajuk yang dibahas (penulis nampak sekali tidak memahami masalah masalah utama yang dibahas menurut syara’ “yakni istilah teroris” sebab ada istilah-istilah yang netral misalnya istilah penjahat dan teroris, istilah penjahat (Al-Asyrar) untuk sebutan penduduk Surga walaupun istilah itu keluar dari mulut-mulut penduduk neraka, sebagaimana firman Allah Ta’ala berikut : “Dan (orang-orang durhaka) berkata, “Mengapa kami tidak melihat orang-orang yang dahulu (di dunia) kami anggap sebagai orang-orang yang jahat (hina).” (QS. Shad (38): 62). Adapun istilah teroris bisa dibuka: (QS. Al-Anfal (8): 60). Penulis dalam memahami istilah teroris seirama dengan Bush dan antek-anteknya, dan dalam memahami istilah khowarij seirama dengan para penyokong penguasa sekular yang mengaku beragama Islam pada masa kini. Dengan demikian pemahamannya menjadi terbalik dan sungsang, maka rafiyahnya tidak ada golongan manusia yang paling duntungkan dengan tulisannya selain Bush dan antek-anteknya termasuk dari golongan Zanadiqah dan Munafikin.

  10. Aku wasiatkan juga kepada kalian agar melazimi dan memperhatikan shilaturrahmi terutama terhadap keluarga dekat dan saudara mana kita dari keturunan abi maupun ummi.

  11. Aku wasiatkan pula kepada kalian mengenai kedua paman kalian yakni khal (cik) Nasir dan ‘amm (ammi) Ali Imron. Ketahuilah bahwasanya kedua paman kalian itu pada masa sekarang ini sedang diuji dan tertimpa musibah dalam agamanya, oleh karena itu mari kita doakan mereka sebanyak-banyaknya terutama pada masa-masa do’a mustajab (terkabulkan), agar Allah Ta’ala segera menyelamatkan mereka dari segala fitnah (bencana) Syubhat & Syahwat, dan mereka dapat segera kembali ke jalan yan benar yang diridhoi Allah azza wa Jalla.

  12. Seandainya Presiden SBY dan tangan-tangan kanannya nekad mengeksekusi abi, atau abi meninggal biasa sebagaimana biasa orang meninggal, maka uruslah jenazah abi sesuai dengan aturan As-Sunnah, dab berilah kesempatan kepada kaum muslimin sebanyak-banyaknya untuk menshalati abi (menurut Imam An-Nawawi pendapat yang paling kuat bahwa tawanan (mujahid) yang dibunuh tetap dishalati (Kitabul Majmu’ – Oleh Al-Imam An-Nawawi 5/222). Al-Imam Ahmad bin Hambal ra berkata: “Katakanlah kepada ahli bid’ah antara kami dan kalian adalah (keadaan) jenazah ketika lewat (diusung). Diantara maksud ucapan beliau bahwasanya banyak dan sedikitnya penghantar jenazah seseorang dari kaum muslimin dan mukminin adalah salah satu bukti mana diantara dua kelompok yang sedang berselisih yang ahlus Sunnah dan yang ahlul bid’ah. Maka ucapan beliau ini sungguh telah dibenarkan dan dibuktikan Allah Ta’ala yang mana ketika kalian wafat jenazahnya dihadiri dan dishalati jutaan manusia, diriwayatkan jumlahnya antara satu juta hingga dua juta limaraus ribu. Sedangkan Qodhi Ibnu Abi Daud sebagai hakim agungnya pemerintah Islam pada saat itu –yang mengaku paling benar i’tiqodnya dan gara-gara dia Imam Ahmad dirantai, diborgol dan dipenjara serta dicambuk puluhan kali- dia punya i’tiqad batil bahwa Al-Qur’an adalah mahluk, ketika dia mati yang mengiringi jenazahnya hanya segelintir manusia itupun mayiritasnya para pembantu Sulthan (Al-Bidayah Wan Nihayah 10/367-369 dan 14/150). Dan ucapan Al-Iman Ahmad dibenarkan juga oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan Allah pun telah membenarkan dan membuktikan pada kematian beliau, yang mana ketika beliau meninggal meskipun meninggalnya di penjara penguasa, gara-gara ulah para qodhi (hakim) penguasa juga, tetapi jenazahnya dihadiri hampir seluruh manusia, jutaan manusia yang hadir, kata ‘Al-‘Allamah Al-Hafidz Ibnu Katsir, yang tidak hadir hanya tiga orang saja. Ibnu Jumlah, Ash-Shadr dan Al-Qafjani, tidak datang karena mereka terkenal orang yang paling memusuhi Syaikhul Islam, maka mereka bersembunyi takut bayangan sendiri dan khawatir diamuk masa (Ibid 14/152). Oleh karena itu wahai anak-anakku perhatikan masalah ini. Ketahuilah bahwa sekarang ini orang yang paling gemar melawan dan meyesa-nyesatkan abi, ammi Amrozi & ammi Imam Samudera dan menganggap abi sebagai ahlul bid’ah bahkan sebagai khowarij bahkan lebih dahsyat daripada itu ditentukan sebagai anjing-anjing neraka, mereka adalah antara lain: Ust. Luqman bin Muhammad Ba’abduh, Ustadz Ja’farThalib dan sejenisnya. Maka saksikanlah ketika mereka dan kami mati, jika ternyata jenazah abi dan ammi amrozi dan ammi Imam Samudera lebih banyak dihadiri kaum mukminin dan muslimin, sedangkan jenazah mereka hanya dihadiri segelintir manusia itupun mayoritasnya yang pro dan menyokong penguasa, maka berarti abi, ammi amrozi dan ammi Imam Samudera yang ahlus Sunnah dan Ust. Luqman Ba’abduh dan Ust. Ja’far Thalib dan sejenisnya yang ahlul bid’ah, dan begitu juga sebaliknya.

  13. Dan wasiat-wasiat lain sila merujuk pada wasiat sebelumnya, jika ada perselisihan, wasiat yang terbaru lebih diutamakan.

Demikianlah wasiat yang perlu abi sampaikan, mudah-mudahan Allah Ta’ala senantiasa merahmati kita dan menolong kita serta memberikan kesabaran dan meneguhkan kita diatas yang haq, moga-moga wasiat ini membawa manfaat yang sebesar-besarnya. Amin ya Robbal ‘Alamin.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Dari Abi kalian yang fakir kepada rahmat Allah dan mengharap maaf dan ampunan-Nya.

Ali Ghufron bin Nurhasyim @Muchlas @Huda

Bumi Allah, Lapas Batu, Nusakambangan.

3. http://www.inilah.com/berita/politik/2008/11/07/60421/inikah-wasiat-mukhlas/

07/11/2008 21:35
Inikah Wasiat Mukhlas?INILAH.COM, Surabaya – Saat berunjukrasa di depan masjid Mujahidin, Jumat (7/11), Jama’ah Ansharut Tauhid menyebarkan kertas foto kopi yang diklaim sebagai surat dari terpidana mati Bom Bali I Ali Ghufron alias Muklas.

Isi surat itu ditulis dengan tulisan tangan biasa, dan pada bagian akhir ada tanda tangan dengan nama terang Mukhlas@Ali Ghufron Bin Nurhasyim.

Berikut isi surat itu:

IBRAH & PELAJARAN:

(1) GRASI

Kalau saya mohon grasi akan terjatuh pada 4 dosa dan kesalahan

a. Syirik (menyekutukan Allah) sebab Presiden negara sekuler yang mengikuti sistem (agama) demokrasi tidak merampas hak otoritas dan kedaulatan Allah dalam mencipta & menentukan hukum, maka kalau saya mohon grasi kepadanya dalam kasus jihad seperti yang saya lakukan berarti saya mengakui ketuhanannya.

b.Haram karena setiap syirik hukumnya haram dilakukan bahkan termasuk haram dan dosa yang paling besar.

c.Dalam kehinaan, Saya seorang mujahid dipihak yang benar karena membela agama Allah dan membela kaum muslimin. Sedang Presiden dalam hal ini bukan diihak yang benar dan bukan dipihak Allah tapi dipihak taghut (syetan). Jadi kalau saya memohon kepada pihak yang tidak benar maka perbuatan saya tersebut lebih tidak benar lagi dan merupakan kehinaan.

d.Membantu kezaliman. Hukum yang dipakai untuk mengadili kasus saya (jihad) adalah hukum taghut yang bertentangan dengan Al-Quran dan AS-Sunnah (Hukum Allah) bahkan yang lebih lucu lagi bertentangan dengan hukum positif taghut yang sedang berlaku di negara ini. Maka kalau saya mohon grasi berarti tidak setuju dengan praktek hukum yang salah itu dan bermakna telah membantu kezaliman yang wajib ditentang dan akan menjadi catatan hitam dalam sejarah.

(2) EKSEKUSI

Tanggapan saya tentang rencana eksekusi

a. Mati syahid adalah cita-citaku, idamanku dan dambaanku. Jadi kalau Allah Ta’ala mentakdirkan dari saya dibunuh oleh orang-orang kafir termasuk orang-orang munafik dan orang-orang murtad dengan cara eksekusi karena saya berjihad dijalan Allah berarti cita-citaku yang paling tinggi tercapai Alhamdulilah.

b. Saya sebagai seorang muslim uang beraqidah salaf dan komitmen dengan syariat Allah, haram atas saya menyetujui eksekusi. Sebab eksekusi atau membunuh seorang muslim Apalagi seorang mujahid dengan sengaja dan direncanakan tanpa kebenaran dari Allah adalah perbuatan kriminal dan dosa yang besar sekali, seluruh yang terlibat mendapat kemurkaan dan kutukan Allah, dan dimasukkan kedalam neraka jahanam selamanya. (Q.S. An-Nisa (4) : 93). Dan untuk hukum didunia seluruh yang terlibat wajib digishas darah dengan darah jiwa dengan jiwa.

Nusakambangan Sya’ban 1425 H

[Beritajatim.com/ana]

1. http://www.detiknews.com/read/2008/11/09/091946/1033782/10/imam-samudra-gelar-teroris-lebih-mulia-daripada-gelar-ulama

Minggu, 09/11/2008 09:19 WIB
Surat Wasiat Dibagikan
Imam Samudra: Gelar Teroris Lebih Mulia daripada Gelar Ulama

Serang – Keluarga membagi-bagikan surat wasiat Imam Samudra kepada warga dan wartawan yang berada di sekitar kediaman Ibunda Imam di Kampung Lopang Gede, Kelurahan Lopang, Kecamatan Serang, Banten. Dalam surat tersebut, Imam menyerukan untuk terus berperang melawan kaum kafir.

Surat tersebut berbentuk secarik kertas berukuran HVS yang dibagi-bagikan oleh salah seorang pria pada Minggu (9/11/2008).

“Saudara, aku wasiatkan kepada antum dan seluruh umat Islam yang telah mengazzamkan dirinya kepada jihad dan mati syahid untuk terus berjihad dan bertempur melawan setan akbar, Amerika dan Yahudi laknat.

Saudaraku, jagalah selalu amalan wajib dan sunnah harian antum semua. Sebab dengan itulah kita berjihad dan sebab itulah kita mendapat rizki mati syahid. Janganlah anggap remeh amalan sunnah akhi, sebab itulah yang akan menyelamatkan kita semua dari bahaya futur dan malas hati.

Saudaraku, jagalah salat malammu kepada Allah Azza Wajalla. Selalulah isi malam-malammu sujud kepada-Nya dan pasrahkan diri antum semua sepenuhnya kepada kekuasaannya. Ingatlah saudaraku, tiada kemenangan melainkan dari Allah semata.

Kepada antum semua yang telah mengikrarkan dirinya untuk bertempur habis-habisan melawan anjing-anjing kekafiran, ingatlah perang belum usai. Janganlah takut cercaan orang-orang yang suka mencela, sebab Allah di belakang kita. Janganlah kalian bedakan antara sipil kafir dengan tentara kafir, sebab yang ada dalam Islam hanyalah dua, adalah Islam atau kafir.

Saudaraku, jadilah hidup antum penuh dengan pembunuhan terhadap dengan orang-orang kafir. Bukanlah Allah telah memerintahkan kita untuk membunuh mereka semuanya, sebagaimana mereka telah membunuh kita dan saudara kita semuanya. Bercita-citalah menjadi penjagal orang-orang kafir. Didiklah anak cucu antum semua menjadi penjagal dan teroris bagi seluruh orang-orang kafir. Sungguh saudaraku, predikat itu lebih baik bagi kita daripada predikat seorang muslim, tetapi tidak peduli dengan darah saudaranya yang dibantai oleh kafirin laknat. Sungguh gelar teroris itu lebih mulia daripada gelar ulama. Namun mereka justru menjadi penjaga benteng kekafiran.” (mok/iy)

2. http://panjihitam.wordpress.com/2008/07/26/wasiyat-imam-samudera-kepada-syabab/

Wasiyat Imam Samudera kepada Syabab

26 July 2008

SURAT DARI AL-AKH IMAM SAMUDRA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji hanya milik Allah, sesembahan seluruh makhluk dan shalawat kepada Rasul akhir zaman, Muhammad Shalallohu’alaihi Wassalam.

Telah kuterima suratmu akhi, diantara gerimis hujatan dan cercaan para penguasa dzolim. Sepucuk suratmu telah membangkitkan perasaan dan semangatku. Dari balik jeruji besi ini, aku sampaikan bahwa aku baik dan selalu dalam lindungan Allah, Pemelihara alam semesta dan sesembahan segala makhluk. Tiada kenikmatan yang mampu aku rasakan kecuali dalam jeruji ini. Satu kenikmatan yang hanya aku yang mampu merasakannya.

Akhi, aku wasiatkan kepada antum dan seluruh ikhwan yang telah mengazzamkan dirinya kepada JIHAD dan MATI SYAHID untuk terus berjihad dan bertempur melawan syetan akbar, Amerika dan Yahudi Laknat.

Akhi, jagalah selalu amalan harian antum. Sebab dengan itulah kita berjihad dan sebab itulah kita mendapat rizki mati syahid. Janganlah anggap remeh amalan sunah akhi, sebab itulah yang akan menyelamatkan kita dari bahaya futur dan malas hati.

Akhi, jagalah malammu kepada Allah azza wa jalla. Selalulah isi malam-malammu dengan sujud kepada-Nya dan pasrahkan diri antum sepenuhnya kepada kekuasaan-Nya. Ingatlah akhi, tiada kemenangan melainkan dari Allah semata.

Ingatlah selalu akan janji kita, untuk selalu membentuk generasi pengganti. Satu generasi yang mereka mencintai kematian sebagaimana musuh-musuh Allah mencintai kehidupan. Bangkitkan generasi yang siap menjadi pasukan-pasukan Allah. Binalah suatu generasi yang mereka siap selalu untuk menjadi manusia penghancur kekafiran dan kebathilan. Bangunkan pemuda yang siap menjadi pasukan syahid yang akan menggentarkan musuh Allah, musuh Islam, dan musuh kaum Muslimin.

Kepada antum yang telah mengikrarkan dirinya untuk bertempur habis-habisan melawan anjing-anjing kekafiran, ingatlah perang belumlah usai. Justru saat inilah baru dimulai peperangan yang sesungguhnya. Lakukanlah aksi-aksi syahid di manapun antum semua berada. Janganlah takut cercaan orang-orang yang suka mencela, sebab Allah di belakang kita akhi. Jikalau teror yang selama ini kita lakukan membuat gentar dan takut, maka teruslah lakukan ke atas semua kepentingan musuh kita. Janganlah kalian bedakan antara sipil kafir dengan tentara kafir. Sebab yang ada dalam Islam hanyalah dua, ia adalah ISLAM atau KAFIR. Tidak ada beda antara sipil kafir dengan tentaranya. Jika kalian mampu membunuh troop-troop mereka, itu lebih baik bagi kalian daripada ibadah sunah kalian.

Akhi, bersabarlah dengan semua ujian yeng menimpa kita ini. Ingatlah semakin berat ujian ini, semakin dekat pula pertolongan Allah untuk pasukan kita. Buatlah sehingga orang-orang kafir itu tidak kerasan dengan kekafiran mereka di muka bumi ini. Jadikan darah mereka seperti darah anjing yang hina dina. Lakukanlah teror atas mereka sebagaimana mereka melakukan teror dan pembantaian atas saudara kita di Palestina, Afghanistan dan seluruh penjuru bumi. Jika mereka membantai satu saudara kita, bantailah seratus orang dari mereka. Jika mereka membantai sepuluh orang saudara kita, bantailah seribu orang dari mereka, atau bahkan kalau bisa lebih dari itu.

Akhi, jadikan hidup antum penuh dengan pembunuhan terhadap orang-orang kafir. Bukankah Allah telah memerintahkan kita untuk membunuh mereka semuanya, sebagaimana mereka telah membunuh kita dan saudara kita semuanya. Bercita-citalah menjadi penjagal orang-orang kafir. Didiklah anak cucu antum menjadi penjagal dan teroris bagi seluruh orang-orang kafir. Sungguh akhi, predikat itu lebih baik bagi kita daripada predikat seorang muslim tetapi tidak peduli dengan darah saudaranya yang dibantai oleh kafirin laknat. Sungguh gelar teroris itu lebih mulia daripada gelar ulama namun mereka justru menjadi penjaga benteng kekafiran. Sungguh sebutan teroris itu lebih berharga daripada gelar penguasa muslim, namun mereka justru menjadi mesin pembantai kaum Muslimin. Jika kalian membenci dan memusuhi gelar yang diberikan oleh musuh Allah terhadap kita, maka melalui jalan mana lagi kita akan masuk jannah.

Ingatlah akhi, Jannah itu diraih dengan jalan pedang dan pertempuran. Jannah itu diraih dengan darah dan air mata. Jannah itu diraih dengan pembantaian dan kebinasaan. Islam itu ditegakkan dengan perang dan simbahan darah dan air mata. Tidaklah Islam itu jaya melainkan berdiri di atas darah dan tulang belulang para syuhada. Maka, jika kalian tidak sempat mengecap kemenangan Islam, maka kalian akan mengecap nikmatnya Jannah yang telah dijanjikan Allah kepada para pembela dan pengawal Islam.

Ingatlah selalu penderitaan orang-orang tua kita. Kenanglah selalu jerit tangis anak-anak kita. Janganlah hapus dari ingatan antum pencabulan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap Muslimah kita. Berjanjilah untuk membalasnya akhi. Berjanjilah, bunuhlah para pemimpin orang-orang kafir itu. Hancurkan kesombongan mereka dan hinakan harga diri mereka. Janganlah kalian berhenti memerangi mereka hingga Islam menang atau antum hancur dalam peperangan. Aku akan selalu berdo’a untuk kemenangan Islam, kemenangan antum dan kemenangan pasukan kita, di antara hardikan dan cambukan anjing sipir penjara.

Sekian saja akhi. Bersabarlah dan selalu istiqomah. Alloh di belakang kita, masa depan milik Islam. Allahu Akbar…Allahu Akbar dan kekuatan hanya milik Allah semata.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dari saudaramu FATIH, di antara jeruji besi penguasa kafir Indonesia.

3. http://www.inilah.com/berita/politik/2008/11/01/59026/imam-samudra-minta-didoakan/

01/11/2008 22:18
Imam Samudra Minta Didoakan

“Permintaan wasiat terakhir itu kami terima surat dari Imam Samudra yang diberikan Tim Pembela Muslim (TPM),” kata Lulu Jamaludin adik kandung Abdul Azis, Sabtu malam (1/11).

Dia mengatakan wasiat itu meminta setiap orang menyebarkan doa Allahummas tajib da’wata Abdul Aziz al Bantani (Ya Allah, kabulkanlah dakwah Abdul Aziz dari Banten),

Selain itu, juga meminta doa itu disebarkan melalui internet dan pesan singkat (SMS) telepon seluler.

Sebelumnya, menurut Lulu, kakaknya juga berwasiat jika meninggal nanti jenazahnya jangan dimasukkan ke dalam peti kemas dan diketahui hanya anggota keluarga serta dikafani dengan uang halal.

“Kafan minta dibelikan yang murah dan dikuburkan dekat dengan bapaknya almarhum Sihabudin,” katanya.

4. http://inilah.com/berita/politik/2008/11/09/60593/inilah-wasiat-amrozi-cs/

09/11/2008 00:33
Inilah Wasiat Amrozi Cs

Ada surat yang diyakini benar, namun ada juga surat kebenarannya masih diragukan. Salah satu surat wasiat yang diyakini benar adalah surat yang ditulis ketiganya pada 12 September lalu. Surat itu dibuat setelah TPM menemuinya di LP Nusakambangan, Cilacap.

“Saya terima surat berisi pernyataan sikap yang diteken Imam Samudra, Mukhlas dan Amrozi. Surat itu pun diminta diumumkan ke publik,” kata anggota TPM Ahmad Michdan ketika itu.

Dinyatakan Michdan, Amrozi cs dalam suratnya itu mengutarakan 3 langkah yang bakal dilakoninya. Pertama, jika dibebaskan, Amrozi cs akan menjalani sisa hidupnya untuk jihad. “Di mana pun, mereka siap berjihad.”

Kedua, sambung dia, jika dieksekusi mati, Amrozi cs menyatakan siap. Karena dengan begitu mereka dapat bertemu dengan para nabi dan mereka menjadi mujahid yang mati syahid. “Dan insya Allah bertemu bidadari di surga,” ungkap Michdan.

Ketiga, Michdan menjelaskan, apabila Amrozi tetap tidak kunjung dieksekusi, maka akan ikhlas menerimanya, dan akan mengisi hidup dengan memanfaatkan sebaik-baiknya untuk beribadah.

Sedangkan surat wasiat lainnya, dibuat sendiri oleh Imam Samudra pada 31 Oktober lalu terdiri dari tiga amplop. Hal itu diungkapkan anggota Tim Pembela Muslim (TPM) Agus Setiawan, yang mendampingi keluarga Samudra di Serang.

Tiga dari amplop itu, lanjut Agus, dia berikan kepada istrinya Zakiyah Darajat. Satu lagi untuk ibu Imam Samudra, Embay Badriyah dan satu amplop berisi dua lembar kertas untuk TPM. Seluruh wasiat itu, sambung Agus, dibungkus dalam amplop bermerek Air Mail berwarna putih dan bergaris pinggir merah biru.

“Kalau yang pernah dibacakan kepada kami (TPM) dan keluarganya di Nusakambangan, itu yang dipegang TPM sekarang,” ucap Agus kala itu.

Agus menjelaskan, isi surat yang pernah dibacakan oleh Imam itu antara lain adalah kalau Aziz (Imam Samudera) ketika meninggal nantinya tidak ingin ditangisi. Kain kafan untuk membungkus jenazahnya haruslah paling murah. Kemudian Imam ingin dimakamkan di kampungnya, Lopang Gede, Serang, “Itu yang saya ingat,” ujar Agus.

Sedangkan sisa surat wasiat lainnya dipegang adik kandungnya Lulu Jamaludin. Surat itu, kata Lulu, sebenarnya diberikan Imam untuk ibunya Embay Badriyah. Namun, karena ibundanya sedang sakit-sakitan, belakangan ia dipercaya memegang surat yang diberikan ketika keluarganya menjenguk ke Nusakambangan beberapa bulan yang lalu itu. “Suratnya saya yang pegang,” kata Lulu.

Surat itu, tambah Lulu, masih tersimpan rapi dan masih disegel. Keluarganya baru akan membuka kalau sudah ada instruksi dari Imam Samudra.Sementara, yang terbaru yang mengeluarkan surat wasiat adalah Mukhlas atau Ali Gufron, yakni pada Jumat (7/11). Dalam surat wasiatnya itu, Mukhlas mengatakan mengapa dirinya tidak mengajukan grasi karena negara Indonesia sekuler. Sedangkan mati syahid adalah cita-citanya.